Rencana Taktik Carlo Ancelotti untuk Remontada Lawan Arsenal: Tanpa Sihir, Sihir itu Fana!
Pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, kembali menjadi sorotan menjelang laga penentuan kontra Arsenal di ajang Liga Champions. Setelah tertinggal pada leg pertama, Madrid menghadapi tantangan berat untuk melakukan remontada—istilah populer yang merujuk pada kebangkitan spektakuler—namun Ancelotti menegaskan bahwa kali ini, tidak akan ada “sihir” di balik upaya kebangkitan tersebut.
“Sihir itu fana. Yang abadi adalah kerja keras dan kecerdasan bermain,” ujar Ancelotti dalam konferensi pers jelang laga.
Pernyataan itu menegaskan pendekatan realistis sang pelatih dalam menghadapi tekanan besar. Tidak lagi mengandalkan momen individual atau keberuntungan belaka, Ancelotti mempersiapkan taktik yang disiplin dan efektif untuk membalikkan keadaan.

Pendekatan Taktikal Realistis
Dalam beberapa latihan terakhir, Ancelotti fokus pada penguasaan bola dan pergerakan tanpa bola. Ia menyadari Arsenal memiliki organisasi pertahanan yang kuat, serta transisi serangan yang cepat. Oleh karena itu, strategi Madrid kali ini lebih banyak mengandalkan kontrol tempo permainan.
“Kami tidak akan bermain dengan emosi. Kami akan bermain dengan kepala dingin dan penguasaan bola yang terstruktur,” jelas Ancelotti.
Menurut sumber internal klub, Ancelotti akan kembali ke formasi 4-3-3 klasik, namun dengan pendekatan yang lebih cair, di mana dua gelandang akan bergantian naik membantu penyerangan tergantung pada situasi.
Andalan di Lini Tengah
Kunci dari taktik Ancelotti adalah dominasi lini tengah. Kombinasi pengalaman dan teknik dari Luka Modric, Toni Kroos, dan Eduardo Camavinga akan menjadi motor penggerak permainan. Ketiganya diinstruksikan untuk menjaga ritme, tidak terburu-buru dalam membangun serangan, serta meminimalisir kesalahan passing.
Dengan Kroos sebagai distributor utama bola dan Modric sebagai kreator ruang, peran Camavinga lebih difokuskan pada menekan lawan dan memutus alur permainan Arsenal di tengah.
Vinicius Junior dan Mobilitas Sayap
Pada leg pertama, Madrid dinilai terlalu bergantung pada sayap kiri yang ditempati Vinicius. Kali ini, Ancelotti ingin permainan lebih menyebar. Rodrigo akan mendapat tugas ganda sebagai sayap kanan sekaligus pelari ke ruang kosong.
Baca juga:Timnas Indonesia U-17 vs Korea Utara: Jangan Lengah, Garuda Muda!
“Kami butuh pergerakan vertikal dan horizontal yang konsisten. Tidak boleh stagnan seperti sebelumnya,” kata Ancelotti.
Vinicius tetap menjadi andalan, namun kali ini tidak hanya untuk berlari dan menusuk, melainkan juga untuk menarik perhatian lawan agar menciptakan ruang bagi pemain lain.
Perubahan di Lini Pertahanan
Ancelotti akan melakukan rotasi di lini belakang untuk meningkatkan disiplin dan antisipasi. Antonio Rüdiger kemungkinan besar akan ditandemkan dengan Nacho Fernandez untuk menambah kecepatan dan kedalaman pertahanan.
Bek kanan Dani Carvajal diberi instruksi lebih defensif, sementara Ferland Mendy di kiri diberi peran lebih fleksibel untuk sesekali membantu serangan jika ada celah.
Aspek Psikologis
Selain taktik, Ancelotti juga menyoroti pentingnya mental juang. “Kami tidak butuh sihir. Kami butuh kepercayaan pada proses dan saling percaya antarpemain,” ujarnya. Ia menginstruksikan para pemain untuk menjaga fokus sejak menit pertama hingga akhir, serta tidak terpancing provokasi atau tekanan stadion.
Pengalaman Madrid di ajang Liga Champions menjadi modal utama. Ancelotti yakin skuadnya mampu menjaga ketenangan dan bermain efisien, seperti yang mereka lakukan di laga-laga krusial musim sebelumnya.
Dukungan Bernabeu dan Efek Emosional
Meski menolak mengandalkan “sihir”, Ancelotti tetap menyadari pengaruh atmosfer Santiago Bernabeu dalam membangkitkan semangat pemain. Stadion legendaris itu kerap menjadi saksi kebangkitan Madrid dari kondisi tertinggal.
“Para pendukung memberi kami energi, tapi kemenangan tetap bergantung pada eksekusi rencana permainan. Jika kami disiplin, hasil akan mengikuti,” katanya.
Penutup
Carlo Ancelotti datang ke laga penentuan melawan Arsenal dengan pendekatan yang matang dan penuh perhitungan. Alih-alih menggantungkan harapan pada keajaiban atau momen magis, pelatih asal Italia itu menyiapkan taktik terukur untuk menciptakan remontada melalui strategi yang solid.
Dengan kekuatan kolektif, pengalaman tim, dan kepiawaian taktik sang pelatih, Real Madrid akan kembali mencoba mencetak sejarah. Remontada kali ini, bukan karena sihir, melainkan karena kecerdasan bermain dan tekad yang tak tergoyahkan.