Jejak Panjang Bhayangkara FC: Mengarungi Surabaya, Solo, hingga Lampung
Bhayangkara FC, salah satu klub yang berlaga di kasta tertinggi Liga Indonesia, memiliki perjalanan panjang yang penuh dinamika.
Klub ini dikenal bukan hanya karena prestasinya, tetapi juga karena sering berpindah markas, dari Surabaya, Solo, hingga kini Lampung.
Perjalanan Bhayangkara FC mencerminkan tantangan dalam membangun identitas, dukungan suporter, serta kestabilan manajemen dalam kompetisi sepak bola modern Indonesia.

Jejak Panjang Bhayangkara FC: Mengarungi Surabaya, Solo, hingga Lampung
Cikal bakal Bhayangkara FC dapat ditelusuri dari tim yang dahulu dikenal sebagai Persebaya United, yang berlaga di Indonesia
Premier League (IPL) pada awal 2010-an. Setelah konflik dualisme Persebaya mereda, klub ini kemudian
mengambil nama Bhayangkara Surabaya United pada tahun 2016, setelah bergabung dengan kepolisian melalui Polri.
Langkah ini diambil untuk mendapatkan kejelasan legalitas dan dukungan institusional.
Klub ini lantas mendapatkan keikutsertaan resmi di kompetisi Liga 1, namun tidak serta-merta
mendapatkan dukungan suporter, mengingat identitas Persebaya yang sudah melekat kuat di Surabaya.
Pindah ke Solo: Upaya Mencari Basis Suporter Baru
Kesulitan membangun basis suporter yang kuat di Surabaya membuat manajemen klub memutuskan untuk memindahkan markas ke Solo pada tahun 2017.
Di kota yang juga dikenal dengan tradisi sepak bola yang kental, Bhayangkara FC berharap bisa menarik perhatian publik lokal.
Namun, Solo juga memiliki klub legendaris, yaitu Persis Solo, yang sudah memiliki pendukung fanatik.
Meskipun fasilitas dan stadion Manahan menjadi rumah baru bagi Bhayangkara FC, mereka tetap kesulitan membangun ikatan emosional dengan warga Solo.
Ironisnya, justru pada masa markas di Solo inilah Bhayangkara FC mencatat sejarah besar Pada musim 2017
Bhayangkara FC berhasil menjadi juara Liga 1, mengalahkan klub-klub besar seperti Persipura Jayapura dan Bali United.
Gelar ini seharusnya menjadi momentum kebangkitan klub, namun justru menimbulkan perdebatan karena minimnya dukungan penonton di stadion dan kurangnya identitas klub yang kuat.
Upaya Menetap: Kembali ke Jakarta
Pasca kesuksesan musim 2017, Bhayangkara FC mencoba mencari basis yang lebih relevan
dengan nama dan identitas mereka sebagai klub yang diasosiasikan dengan institusi Polri
Oleh karena itu, pada musim 2018 hingga 2021, mereka memutuskan untuk bermarkas di Jakarta, tepatnya di Stadion PTIK, Kebayoran Baru.
Sayangnya, stadion dengan kapasitas kecil dan kurang representatif untuk pertandingan Liga 1 membuat atmosfer pertandingan terasa sepi.
Klub juga tidak kunjung berhasil menjaring suporter baru di Jakarta, mengingat kota ini sudah menjadi rumah bagi klub-klub kuat lain seperti Persija Jakarta.
Manajemen terus berupaya mencari lokasi yang strategis, yang bisa mendukung infrastruktur klub sekaligus membuka potensi pasar baru bagi basis pendukung Bhayangkara FC.
Ke Lampung: Lembar Baru di Pulau Sumatra
Tahun 2023 menjadi titik balik lain dalam sejarah Bhayangkara FC. Klub mengumumkan bahwa
mereka akan bermarkas di Lampung, dengan menggunakan Stadion Sumpah Pemuda sebagai kandang mereka untuk kompetisi Liga 1.
Pemilihan Lampung sebagai home base dinilai sebagai langkah strategis untuk menjangkau wilayah yang relatif belum banyak terjamah oleh klub Liga 1, serta potensi pasar baru di Pulau Sumatra. Kehadiran Bhayangkara FC di Lampung juga sejalan dengan misi Polri untuk lebih dekat dengan masyarakat daerah.
Di Lampung, Bhayangkara FC mendapatkan sambutan positif dari sebagian kalangan, terutama pecinta sepak bola lokal yang belum memiliki klub kebanggaan di kasta tertinggi. Namun, tantangan tetap besar, terutama dalam membangun loyalitas pendukung jangka panjang.
Baca juga:Prediksi Barcelona Real Mallorca 23 April 2025
Tantangan Identitas dan Loyalitas Suporter
Salah satu tantangan utama Bhayangkara FC sepanjang sejarahnya adalah membangun identitas yang kuat
Klub ini sering dikritik karena dianggap tidak memiliki akar lokal yang jelas, dan perpindahan markas yang berulang memperkuat persepsi tersebut.
Dalam budaya sepak bola Indonesia, kedekatan emosional antara klub dan daerah asalnya adalah aspek penting.
Klub seperti Arema FC, Persib Bandung, dan Persebaya Surabaya berhasil membangun basis pendukung yang fanatik karena konsistensi lokasi dan nilai sejarah yang panjang.
Sebaliknya, Bhayangkara FC menghadapi tantangan membangun basis suporter yang solid karena terus berpindah-pindah, tanpa membangun akar komunitas di satu tempat.
Kontribusi dan Konsistensi di Kompetisi
Meski sering berpindah home base, Bhayangkara FC tetap menunjukkan konsistensi performa di lapangan
Klub ini kerap finis di papan tengah atau atas dalam beberapa musim terakhir.
Dengan skuat yang sering diperkuat pemain-pemain nasional seperti Evan Dimas, Ilham Udin, dan Andik Vermansyah, Bhayangkara FC tetap diperhitungkan dalam persaingan Liga 1.
Selain itu, manajemen Bhayangkara FC juga aktif dalam pembinaan usia muda dan pengembangan pemain melalui akademi klub dan kerja sama dengan sekolah sepak bola di berbagai daerah.
Harapan di Masa Depan
Kini dengan markas baru di Lampung, Bhayangkara FC diharapkan dapat mulai membangun
identitas yang lebih permanen dan loyalitas suporter yang berkelanjutan.
Menetap di satu tempat, membangun komunitas lokal, serta memperkuat sinergi dengan elemen masyarakat menjadi kunci agar klub ini bisa lebih diterima.
Langkah-langkah seperti membuka akademi lokal, mengadakan coaching clinic untuk anak-anak
hingga menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah dapat memperkuat keterikatan antara Bhayangkara FC dan warga Lampung.
Di sisi lain, transparansi dan komunikasi terbuka dengan suporter potensial juga penting, agar publik memahami arah dan misi klub di masa depan.
Penutup: Klub dengan Kisah Unik di Sepak Bola Indonesia
Perjalanan Bhayangkara FC dari Surabaya ke Solo, Jakarta, hingga Lampung menjadikannya salah satu klub dengan kisah paling unik dalam lanskap sepak bola Indonesia.
Dalam dunia sepak bola yang penuh dengan tradisi, Bhayangkara FC mencoba membangun narasi baru—sebuah klub profesional yang terus mencari rumah sejatinya.
Meskipun menghadapi tantangan identitas dan loyalitas suporter
Bhayangkara FC tetap menjadi tim yang kompetitif dan profesional. Dengan strategi jangka panjang yang tepat, klub ini masih
berpeluang untuk menemukan tempat yang bisa menjadi rumah sejati—bukan hanya untuk bertanding, tetapi untuk membangun masa depan yang lebih kuat di hati masyarakat.